Selasa, 24 Mei 2016

Teori Hildegard E. Peplau Sejarah Keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

“Era modern” keperawatan ialah era perkembangan sistematik dari keperawatan menuju kepada keperawatan sebagai profesi, bermula dari  pandangan dan pernyataan dari Florence Nightingale yang mempunyai visi yang sangat maju tentang keperawatan.   Dalam perkembangan teori keperawatan selanjutnya, muncul nama-nama besar ilmuwan keperawatan yang memberikan sumbangan yang sangat bermakna dalam perkembangan keperawatan diantaranya Hildegard E. Peplau. 
           
Teori yang dikembangkan Peplau yaitu keperawatan psikodinamik sangat dipengaruhi oleh model hubungan interpersonal. Ia melihat bahwa keperawatan adalah suatu proses inter personal yang bersifat terapeutik. Menurut Peplau, keperawatan terapeutik mempunyai seni penyembuhan dalam membantu orang yang sakit atau orang yang membutuhkan keperawatan dapat dianggap sebagai proses interpersonal sebab melibatkan interaksi antara 2 atau lebih individu dengan tujuan tertentu.
Peplau mengenali 4 fase dalam hubungan inter personal perawat-klien yang meliputi fase orientasi, fase identifikasi, fase eksploitasi, dan fase resolusi.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Siapakah Peplau itu?
2.      Apa teori yang dicetuskan oleh Peplau?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :
1.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan
2.      Untuk mengetahui Peplau dan teori keperawatannya?

D.    Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memperdalam teori keilmuan tentang tokoh keperawatan dan teorinya khususnya Hildegard E. Peplau dan teorinya.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Hildegard E.Peplau
Hildegard E. Peplau lahir pada tanggal 1 September 1909 di Reading, Pennsylvania. Peplau lulus dari Hospital School of Nursing di Pottstown, Pennsylvinia pada tahun 1931. Gelar B.A. dalam bidang psikologi interpersonal diperolehnya dari Bennington University, Vermont pada tahun 1943. Peplau meraih gelar M.A. dalam bidang keperawatan psikiatri dari Teacher’s College, Colombia, New York pada tahun 1947 dan gelar Ed.D.  dalam bidang pengembangan kurikulum pada tahun 1953.

B.     Teori Peplau
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif. Hasilnya adalah hubungan perawat-klien. Klien sebagai individu dengan kebutuhannya, sedangkan perawat sebagai interpersonal dengan proses terapis. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarganya serta membantu klien mencapai kematangan perkembangan personal (Chinn dan Kramer, 2004).

Dalam mengembangkan hubungan perawat-klien, perawat dapat berlaku sebagai sumber daya manusia, konsultan, dan wakil bagi klien. Sebagai contoh, ketika klien mencari pertolongan, langkah pertama perawat dan klien membahas pokok masalah kemudian perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia. Untuk mengembangkan hubungan perawat-klien, perawat dan klien dapat mengidentifikasi masalah dan solusinya. Dari hubungan ini, klien mendapatkan kebutuhannya dengan menggunakan fasilitas yang ada, sedangkan perawat membantu klien mengurangi kecemasan yang berkaitan dengan masalah pelayanan kesehatan.

Teori peplau adalah kolaborasi hubungan perawat-klien dalam menghasilkan sebuah “dorongan pertumbuhan” melalui keefektivan hubungan interpersonal untuk mendapatkan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan primer klien telah terpenuhi, kebutuhan baru datang lagi.
Menurut Peplau,keperawatan adalah therapeutic yang mempunyai seni penyembuhan dalam membantu orang yang sakit atau orang yang membutuhkan perawatan kesehatan.Keperawatan dapat dianggap proses interpersonal sebab melibatkan interaksi antara 2 atau lebih individu dengan tujuan tertentu.


Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan,khususnya keperawatan psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan bukunya yang berjudul Interpersonal Relations in Nursing. Peplau membuat model keperawatan dengan istilah keperawatan psikodinamik. Peplau mendefinisikan model keperawatan psikodinamiknya (psicodynamic nursing),sebagai berikut : “psychodynamic nursing is being able to understand one’s own behavior to help other identify felt difficulties,and to apply principles of human relations to the problems that arise at all levels of experience” yang artinya keperawatan psikodinamik merupakan kemampuan seseorang (perawat) untuk memahami tingkah lakunya guna membantu orang lain, mengidentifikasi kesulitan yang dirasakannnya,dan untuk menerapkan prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level pengalaman. Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep structural dari proses antar-personal-di sinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient relationship). Peplau menjelaskan tentang empat fase hubungan perawat-klien,yaitu fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Keempat fase tersebut saling berkaitan.Di setiap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan klien.

Fase Orientasi
Pada fase ini,perawat dan klien bertindak sebagai dua individu yang saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang yang memerlukan bantuan profesionalisme dan perawat berperan membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini merupakan fase untuk menentukan adanya masalah.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dank lien dalam memberi atau menerima pertolongan.Selain itu, fase ini juga dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang,dan harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk melangkah ke fase berikutnya.

Fase Identifikasi
Pada fase ini, klien memberikan respons atau mengidentifikasi persoalan yang ia hadapi bersama orang yang dianggap memahami masalahnya. Respons setiap klien berbeda satu sama lain. Di sini, perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan positif pada pribadi klien serta memberi kepuasan yang diperlukan.

Selama fase identifikasi,klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa.Upaya ini akan menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna melaju ke fase selanjutnya.Jadi,fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan apa yang diperlukan oleh klien.Pada fase ini,perawat juga memberi beberapa alternative untuk mengatasi masalah klien.

Fase Eksploitasi
Pada fase ini,perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan klien.Di sini,masing-masing pihak mulai merasa menjadi bagian integral dari proses interpersonal.Selama fase eksploitasi,klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan fase ini adalah eksplorasi/menggali,memahami keadaan klien,dan mencegah meluasnya masalah.Perawat mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan perasaan,emosi,pikiran,serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan suasana terapeutik.Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi merupakan fase pemberian bantuan kepada klien sebagai langkah pemecahan masalah.Jika fase ini berhasil,proses interpersonal akan berlanjut ke fase akhir,yaitu tahap resolusi.

Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi,tujuan bersama antara perawat dan klien sudah sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan terapeutik yang selama ini terjalin.Fase resolusi terkadang menjadi fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab di sini dapat terjadi peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum terselesaikan pada masing-masing fase.Indikator keberhasilan untuk fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari bantuan perawat.Selanjutnya,baik perawat maupun klien akan menjadi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien,ada enam peran perawat yang harus dilaksanakan.Peran tersebut berbeda pada setiap fasenya.Keenam peran tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the stranger),peran sebagai narasumber (role of resource person),peran sebagai pengajar (teaching role),peran sebagai kepemimpinan (leadership role),peran sebagai wali (surrogate role),dan peran sebagai penasihat (counseling role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-klien.Di sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak lainnya.Sebagai orang asing,perawat harus memperlakukan klien secara sopan,tidak boleh memberi penilaian sepihak,menerima klien apa adanya,serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan.
Dalam perannya sebagai narasumber (role of resource person),perawat  memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien,terutama mengenai informasi kesehatan.Selain itu,perawat juga menginterpretasikan kepada klien rencana perawatan dan rencana medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam menggunakan informasi.Teaching role,menurut Peplau,terbagi atas dua kategori,yaitu instruksional dan eksperimental.Penyuluhan instruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan bentuk yang dipakai dalam literature pendidikan.Penyuluhan eksperimental adalah penyuluhan dengan menggunakan pengalaman sebagai pijakan dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan kepemimpinan,terutama mengenai proses demokratis dalam asuhan keperawatan.Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan partisipasi aktif klien.
Dalam surrogate role,klien menganggap perawat sebagai walinya.Oleh sebab itu,sikap perawat dan perilakunya harus menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif yang muncul dari hubungan sebelumnya.Fungsi perawat di sini adalah membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan sosok yang ia bayangkan tersebut.
Peplau memercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang besar dalam keperawatan psikiatri.Dalam hubungan perawat-klien,peran ini sangat penting sebab tujuan dari teknik hubungan antar-personal adalah membantu klien mengingat dan memahami sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada  dirinya saat ini.Dengan demikian,satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan pengalaman lainnya dalam hidupnya,bukannya justru dipisahkan.


Teori Keperawatan Peplau dan Komponen Utama Keperawatan
1.   Keperawatan
Keperawatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah proses yang signifikan,bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrument edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan mendorong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki tanggung jawab legal di dalam pemanfaatan keperawatan secara efektif berikut segala konsekuensinya bagi klien.Perawat merespons kebutuhan klien akan bantuan melalui proses interpersonal. Proses interpersonal merupakan hubungan humanistic antara individu yang sakit,atau memerlukan layanan kesehatan, dan perawat di dalam mengenali dan merespons kebutuhan klien.Konsep utama dalam proses interpersonal ini adalah    perawat,klien,hubungan          terapeutik,tujuan,kebutuhan manusia,kecemasan,ketegangan,dan frustasi

2.      Individu
Individu  menurut Peplau adalah organism yang mempunyai kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan.Berdasarkan penjelasan ini,Peplau mendefinisikan individu sebagai manusia sebab manusia adalah sebuah organism yang hidup dalam ekuilibrum yang tidak stabil.

3.      Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah symbol yang menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang terus menerus mengarah pada keadaaan kreatif,konstruktif,produktif di dalam kehidupan pribadi maupun komunitas.

4.      Lingkungan
Meskipun Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu konsep utama dalam keperawatan,ia mendorong perawat untuk memerhatikan kebudayaan dan adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit. Menurut Peplau,lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada dalam konteks cultural.Peplau tidak memandang secara luas lingkungan yang memengaruhi status kesehatan seseorang,tetapi lebih berfokus pada kondisi psikologis dalam diri orang tersebut.







Hubungan Fase-Fase Peplau Dengan Proses Keperawatan
PROSES KEPERAWATAN
FASE-FASE PEPLAU
Pengkajian
Orientasi. Perawat dan pasien sebagai orang yang asing, pertemuan diawali oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, bekerja sama mengenali dan menentukan masalah

Diagnosa Keperawatan
Pasien menjelaskan perasaan butuh
Perencanaan
Identifikasi. Meletakkan tujuan yang interpendent, pasien mempunyai perasaan memiliki dan merespons secara selektif untuk memenuhi kebutuhannya
Implementasi
Eksploitasi. Pasien secara selektif mencari siapa yang dapat memberi inisiatif oleh pasien
Evaluasi
Resolusi. Terjadi setelah fase-fase yang lain sukses secara lengkap kemudian dilakukan pengakhiran hubungan










BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan proses interaktif. Hasilnya adalah hubungan perawat-klien. Klien sebagai individu dengan kebutuhannya, sedangkan perawat sebagai interpersonal dengan proses terapis. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarganya serta membantu klien mencapai kematangan perkembangan personal.
Teori peplau adalah kolaborasi hubungan perawat-klien dalam menghasilkan sebuah “dorongan pertumbuhan” melalui keefektivan hubungan interpersonal untuk mendapatkan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan primer klien telah terpenuhi, kebutuhan baru datang lagi.
Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep structural dari proses antar-personal-di sinilah letak fase hubungan perawat-klien (nurse-patient relationship). Peplau menjelaskan tentang empat fase hubungan perawat-klien,yaitu fase orientasi, identifikasi, eksploitasi, dan resolusi. Keempat fase tersebut saling berkaitan.Di setiap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan klien.


B.     Saran
Setelah membaca makalah teori Hildegard E. Peplau  ini diharapkan pembaca dapat memahami teori dan aplikasinya dengan baik sehingga wawasan pembaca tentang teori Hildegard E. Peplau tentang keperawatan menjadi semakin luas.





DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC

Hidayat,Alimul A.2008.Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,Proses dan praktek volume I edisi 4.Jakarta : Penerbit ECG

Suara,Mahyar.2010.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : CV.Trans Info Media

Makalah Psikologi Praremaja Keperawatan



BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Masa pra remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa kanak-kanak menuju masa remaja. Pada masa ini, anak mengalami berbagai perubahan dalam dirinya yang berupa perubahan fisik maupun secara psikis. Pada sebagian besar di antara kita, masa pra remaja atau yang sering disebut pubertas telah berakhir jauh sebelum masa remaja dimulai, meski pubertas adalah tanda yang paling penting dari dimulainya masa remaja. Masa praremaja adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal. Pada masa ini seorang anak akan membawa perubahan yang besar dalam dirinya sendiri serta lingkungan disekitarnya. Masa praremaja dimulai dari usia sekitar 11/12-13/14 tahun.
Pada masa pra remaja terjadi berbagai macam perubahan mulai dari perubahan fisik sampai psikologis. Contohnya pada laki-laki seperti pertumbuhan rambut, perubahan kulit, terdapat kelenjar yang lebih aktif di dalam tubuh, pembesaran otot, adanya benjolan dada serta perubahan suara pada laki-laki menjadi lebih berat dari sebelumnya. Pada perempuan pinggul bertambah besar, pembesaran payudara, pertumbuhan rambut, terjadi perubahan kulit, adanya kelenjar, otot membesar serta perubahan suara.
Selain perubahan secara fisik, ada pula perubahan psikologis yang terjadi pada masa anak akhir atau praremaja. Tanda-tanda perubahan secara psikologis meliputi mental, emosi, sosial, rohani, perkembangan kognitif yang bisa terjadi pada remaja dan perkembangan komunikasi dan berbahasa.
Perubahan yang terjadi pada masa praremaja disebabkan juga oleh peran kelenjar pituitary, gonad serta adanya interaksi/hubungan antara kelenjar pituitary dan gonad.
Sehingga dengan memahami proses bio/fisiologis & psikologis pada tahap praremaja maka dapat dipahami pula teori-teori perilaku yang ada pada masa tersebut serta mampu diterapkan dalam dunia pendidikan atau terhadap orang-orang disekitar yang akan dijumpai.

1.2  Rumusan Masalah
Teori-teori perilaku yang dilatarbelakangi proses bio/fisiologis & psikologis (tahap praremaja 11-12/13-14).

1.3  Tujuan
1.3.1        Untuk mengetahui teori-teori yang ada dalam pembelajaran psikologi para remaja.
1.3.2        Untuk mengetahui perubahan dan memprediksi perilaku para remaja.
1.3.3        Untuk mengetahui perubahan-perubahan bio/fisiologis pada masa para remaja.
1.4 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan memperdalam pengetahun tentang teori-teori pada masa remaja dan mengenali ciri-ciri bio/fisiologis dan psikologis yang terjadi pada usia pra remaja.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pra Remaja
Pra remaja di tandai dengan kebutuhan menjalin hubungan teman sejenis, kebutahan akan sahabat yang dapat dipercaya,berkeraja sama dalam melaksanakan tugas, dan memecahkan masalah kehidupan,dan kebutuhan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya yang memiliki persamaan,kerja sama,tindakan timbal-balik sehinga tidak kesepian. Fase ini merupakan fase yang sangat penting karena mendatangkan awal hubungan manusiawi sejati dengan orang lain.
Masa pra remaja harus dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sampai anak matang secara seksual, ia dikenal sebagai “anak pra remaja”. Setelah matang secara seksual, anak dikenal sebagai “remaja” atau “remaja muda”.
Dibandingkan dengan banyaknya perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar tubuh, masa pra remaja relatif merupakan periode yang singkat, sekitar dua sampai empat tahun. Anak yang mengalami masa pra remaja selama dua tahun atau kurang dianggap sebagai anak yang “cepat matang”, sedangkan yang memerlukan tiga sampai empat tahun untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap sebagai anak yang “lambat matang”. Sebagai kelompok, anak perempuan cenderung lebih cepat matang daripada kelompok anak laki-laki, tetapi terdapat perbedaan yang mencolok dalam setiap kelompok.
Masa pra remaja atau masa pra remaj atas adalah salah satu dari dua periode dalam rentang kehidupan yang ditandai oleh pertumbuhan yang pesat dan perubahan yang mencolok dalam proposisi tubuh. Periode yang lain adalah masa pranatal dan pertengahan pertama dari tahun kehidupan pertama. Biasanya periode ini disebut sebagai “bayi tumbuh pesat”.


2.2  Ciri-Ciri Masa Pra Remaja
Masa pra remaja adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain dalam rentang kehidupan.
2.2.1        Ciri-Ciri Bio/fisiologis
2.2.1.1  Laki-laki
a.       Rambut
Rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul kalau pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai. Demikian pula rambut tubuh. Pada mulanya  rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lebih gelap, lebih kasar, lebih subur dan agak keriting.

b.      Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat, dan pori-pori meluas.

c.       Kelenjar
Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringan di ketiak mulai berpungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa pra remaja.

d.      Otot
Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan,tungkai kaki, dan bahu.

e.       Suara
Suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun. Volumenya meningkat dan mencapai dapa lebih enak. Suara yang pecah  sering terjadi kalau kematangan  berjalan pesat.

f.       Benjolan Dada
Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usia dua belas dan empat belas tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya.

2.2.1.2  Perempuan
a.       Pinggul
Pinggul menjadi bertambah dan bulat akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

b.      Payudara
Segera setelah pinggul mulai membesar, payudara juga berkembang. Putting susu membesar dsn menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

c.       Rambut
Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak  dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

d.      Kulit
Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori-pori bertambah besar.

e.       Kelenjar
Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa pra remaja.

f.       Otot
Otot semakin membesar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa pra remaja, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.


g.      Suara
Suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

2.2.2        Ciri-Ciri Psikologis
2.2.2.1  Ciri Khas Secara Mental
a.       Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka.

b.      Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tersebut.


c.       Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra remaja. Bila memungkinkan, guru dapat menghadirkan "tokoh" jemaat dalam diskusi tersebut. (misalnya pendeta, dokter, dosen, pengacara, dan sebagainya).

d.      Anak pra remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani di gereja memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua.


e.       Mereka masih suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya. Seringkali mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia pra remaja ini dapat bertemu dengan orang-orang yang dapat menantangnya pada kehidupan mereka yang menarik.

f.       Mereka mulai peka melihat dan mengalami ketidaksinambungan yang mencolok antara kepercayaan dan praktek. Meskipun anak pra remaja memiliki pengetahuan tentang benar dan salah, kadang-kadang kehendak mereka untuk melakukan apa yang benar seperti yang diyakininya, tidak ada. Untuk itu, guru harus acapkali menekankan pentingnya mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan iman percaya mereka.

2.2.2.2  Ciri Khas Secara Emosi
a.       Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan "alasan logis" pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra remaja ini, tapi pastikan bahwa materi yang disampaikan tidak bertentangan dengan Firman Tuhan.

b.      Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru yang dapat menjadi "teman baik" mereka dalam menghadapi berbagai pergumulan hidupnya.


2.2.2.3  Ciri Khas Secara Sosial
a.       Boleh dikatakan seorang anak pra remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar Allah mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tersebut.

b.      Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Akan lebih ideal bila laki-laki dibimbing oleh guru/ pembimbing pria dan anak wanita dengan guru/pembimbing wanita.

2.2.2.4  Ciri Khas Secara Rohani
a.       Dalam menghadapi pergumulan jiwa seorang anak pra remaja, pertahanan yang terbaik adalah melakukan suatu serangan. Jika mereka diberi kesempatan-kesempatan yang penuh tantangan untuk aktif bagi Kristus, mereka akan bertumbuh secara rohani.

b.      Tidak seperti usia sebelumnya, mereka saat ini tidak lagi beribadah karena paksaan orangtua. Mereka sudah mulai memiliki pendirian dan keputusan sendiri. Oleh karena itu, guru harus dapat membangkitkan minat mereka terhadap hal-hal rohani dan menyediakan atmosfir yang menyenangkan dalam persekutuan pra remaja, bila tidak, mereka akan segera tertarik pada kelompok lain di luar gereja yang mungkin dapat menjuruskan mereka ke hal-hal yang bertentangan dengan iman percayanya.

c.       Mereka membutuhkan contoh konkrit, pengalaman yang nyata, serta relevansi pengajaran yang diterimanya dari Gereja dalam kehidupannya sehari-hari. Karena itu, berikanlah ajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan pergumulan mereka, misalnya: pengenalan diri, emosi dan kehendak, pergaulan yang sehat, penerimaan diri, dan sebagainya.

d.      Memiliki banyak pertanyaan tentang kebenaran, mereka sedang mencari kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, doronglah mereka untuk berani bertanya dan memberikan pendapat. Berikanlah bimbingan dengan sabar, dan jangan sekali-kali mengabaikan pertanyaan mereka (meski terdengar sangat konyol dan sepele bagi guru). Untuk itu guru harus banyak belajar dan berpengetahuan untuk dapat menolong mereka dengan bijaksana.

e.       Teladan hidup orang dewasa amat penting bagi mereka. Tantangan besar bagi para pembimbing anak pra-remaja adalah menjadikan dirinya sendiri melaksanakan apa yang telah diajarkannya (walk the talk), bila tidak, kita sedang mengajarkan pada mereka untuk menjadi orang yang munafik, yang tidak memiliki integritas iman di dalam hidupnya.

2.2.2.5  Perkembangan Kognitif
Otak mengalami perkembangan yang dramatis selama masa-masa pubertas.Banyak kemajuan yang muncul pada frontal lobe, sebuah area yang dianggap bertanggungjawab terhadap fungsi kemajuan mental, yang dinamakan fungsi eksekutif. Fungsi ini mencakup kemampuan menalar, menilai/menghakimi serta kontrol diri.

Tahap perkembangan ini meliputi :
a.       Berpikir mengenai kemungkinan-kemungkinan anak-anak kecil sangat tergantung pada indera mereka untuk menalar,sementara anak-anak remaja berpikir mengenai kemungkinan-kemungkinan yang secara tidak langsung mampu diobservasi.
b.      Berpikir ke depan anak-anak muda belajar untuk merencanakan sesuatu ke depan, sering kali dalam cara yang sistematis.
c.       Berpikir mengenai hipotesis : hal ini memberikan mereka kemampuan untuk membuat dan mengetes hipotesis-hipotesis tertentu serta, untuk berpikir mengenai situasi yang berbeda dari fakta.
d.      Berpikir mengenai proses berpikir dirinya sendiri : hal ini dikenal dengan metaconition. Subkategori dari metaconition adalah metamemory, yaitu memiliki pengetahuan mengenai proses memori dirinya sendiri misalnya seperti mampu menjelaskan strategi apa yang dipakai untuk mengingat sesuatu seperti dalam menghadapi ujian.
e.       Berpikir melampaui batas konvensional : berpikir mengenai isu-isu yang umumnya dipikirkan oleh orang dewasa,seperti politik,moralitas dan agama.

2.2.2.6  Perkembangan Komunikasi dan Berbahasa
Selama periode ini, anak-anak muda menjadi jauh lebih mandiri dan menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah, di sekolah, dan aktivitas habis sekolah bersama dengan teman-teman sebayanya.

Anak-anak Muda :
a.       Memiliki gaya menulis yang cepat  serta mudah dibaca.
b.      Berkomunikasi dengan sopan, dengan kedewasaan, yang semakin meningkat.
c.       Memahami penggunaan bahasa yang abstrak seperti idiom, kalimat kiasan, serta metafora.
d.      Mampu memproses makna teks dan abstrak, menghubungkan makna sebuah kata dengan konteks terkait, memahami tanda baca serta membentuk struktur sintatik yang rumit.

2.2.3        Kondisi-Kondisi yang Menyebabkan Perubahan Pada Masa Pra Remaja
2.2.3.1  Peran Kelenjar Pituitary
Kelenjar  pituitary mengeluarkan dua hormon: hormon gonadotrofik pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu, dan hormon yang meransang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Sebalum masa pra remaja seacara bertahab jumlah  hormone gonadotrofik semakin bertambah  dan kepekaan gonad terhadap hormon gonadotrofik dan peningktan kepekaan juga semakin bertambah; dalam keadaan demikianlah perubahan-perubahan pada masa pra remaja mulai terjadi.


2.2.3.2  Peranan Gonad
Dengan pertubuhan dan perkembangan gonad, organ-organ seks yaitu ciri-ciri primer bertambah besar dan fungsinya menjadi matang, dan cirri-ciri seks sekunder, seperti rambut kemaluan mulai berkembang.

2.2.3.3  Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad
Hormon yang di keluarkan oleh gonad, yang telah dirangsang oleh hormon gonadotrofik yang dikeluarkan oleh kelenjar  pituitari, selanjutnya bereaksi  terhadap kelenjar ini dan menyebabkan secara berangsur-angsur penurunan jumlah hormon pertumbuhan yang dikeluarkan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi antra hormon gonadotrofik dan gonad berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu, dan lambat laun berkurang menjelang wanita mendekati menopause dan pria mendekati climacteric.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Masa pra remaja adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Di bidang teori juga terjadi perkembangan-perkembangan baru. Pada praremaja akan mengalami perubahan ciri bio/fisiologis dan mempunyai berbagai ciri khas secara mental, emosi, sosial, rohani, kognitif juga kemampuan komunikasi dan berbahasa yang berbeda dari tahap perkembangan lainnya.

3.2  Saran
Setelah membaca makalah teori-teori perilaku yang dilatarbelakangi proses bio/fisiologis dan psikologis tahap praremaja ini, diharapkan para pembaca dapat memahami teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli dan cirri-ciri bio/fisiologis dan psikologis pada masa pra remaja srhingga pembaca mampu mngenali pengertian dari remaja itu.









DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Mengenal Anak Pra-Remaja (Umur 12-14 Tahun) [online].   

Hurlock, E.B. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang     
       Rentang Kehidupan
. Surabaya: Erlangga.
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1. Bandung: Mandar Maju.
_____________. 2007.  Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju.
Santrock, J.W. 2003. Adolescene Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Zein, A.Y. dan Suryani, E. 2004. Psikologi Ibu Dan Anak. Yogyakarta: Penerbit
       Fitramaya.