Selasa, 24 Mei 2016

Amputasi dan Pembebatan pada Keperawatan Medikal Bedah



AMPUTASI

A.    PENGERTIAN
Amputasi adalah pengangkatan/pemotongan sebagian anggota tubuh/anggota gerak yang disebaban oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah osteomyelitis, kanker.  Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah/ traumatic pada tungkai (Doenges, 2000). Amputasi adalah memotong atau memangkas pembuangan suatu anggota badan atau suatu penumbuhan dari badan.
Dengan melihat beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota tubuh/anggota gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomyelitis, dan kanker melalui proses pembedahan.
Amputasi pada ekstremitas sering diperlukan sebagai akibat penyakit vaskuler perifer progresif (sering sebagai gejala diabetes mellitus), gangrene trauma (cidera remuk, luka bakar dingin, luka bakar listrik,) deformitas kongenital, tumor ganas. Dari semua penyebab tadi, penyakit vaskuler perifer merupakan, penyebab yang tertinggi amputasi ekstermitas bawah.
Kehilangan ekstermitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien daripada kehilangan ekstermitas bawah karena ekstermitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesialistis.
Alasan utama amputasi ekstermitas adalah trauma berat (cidera akut, luka bakar listrik, luka bakar dingin). Tumor ganas, infeksi ( gas gangren pulminan estemilitis kronis.), dan malformasi koengital.
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis. Digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien. Bila tim perawatan kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif, maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi, dan berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi.
Kehilangan ekstermitas memerlukan penyesuaian besar. Persepsi pasien mengenai amputasi harus dipahami tim perawatan kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus diseleraskan sedemikian rupa. Sehingga tidak akan menghilangkan rasa diri berharga. Mobillitas atau kemampuan fisik untuk melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari berubah, dan pasien perlu belajar bagaimana menyesuaikan aktifitas dan lingkungan untuk mengakomudasikan diri dengan penggunaan alat bantu dan bantuan mobillitas. Tim rehabillitas bersifat multi disiplin (pasien, perawat, dokter, pekerjaan sosial, psikologis, ahli prosthesis pekerjaan rehabilitas vokasional) dan membantu pasien mencapai derajat fungsi tertinggi mungkin dicapai dan di partisipasi dalam aktifitas hidup.


B.     PATOFISIOLOGI
            Berbagai kondisi kaki yang dapat menyebabkan amputasi, meliputi :
1.      Kondisi fraktur multiple pada ekstermitas bawah yang tidak mungkin dapat diperbaiki
2.      Keadaan kehancuran jaringan lunak luas yang tidak mungkin diperbaiki
3.      Kondisi penyakit vaskuler perifer progresif ( sering sebagai gejala sisa diabetes mellitus )
4.      Infeksi yang berat  atau beresiko terjadi sepsis
5.      Adanya tumor-keganasan pada ekstermitas bawah yang tidak mungkin di terapi secara konservatif
6.      Deformitas organ kongenital
Penyebab amputasi kaki menimbulkan masalah keperawatan, meliputi keluhan nyeri, resiko syok hipovolemik. Resiko tinggi infeksi, kerusakan integritas jaringan hanbatan mobillitas fisik, dan ansietas.
Intervensi amputasi menyebabkan keterlibatan system tubuh, seperti system integument, system persyarafan, system muskuluskeletal dan system kardiovaskuler. Lebih lanjut kondisi amputasi kaki dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien, atau keluarga berupa gangguan citra tubuh dan penurunan produktifitas. Paska bedah amputasi kaki menimbulkan dampak resiko komplikasi amputasi, meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang di potong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi yang terjadi merupakan infeksi pada semua pembedahan ; dengan perdaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatik, resiko infeksi meningkat.
            Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prosthesis dapat menyebabkan kerusakan kulit. Kondisi pasca bedah menimbulkan masalah keperawatan nyeri, resiko syok hipovolemik, resiko tinggi infeksi, kerusakan integritas jaringan, hambatan mobillitas fisik, dan respon psikologis duka cita terhadap hilangnya organ, dan pemenuhan informasi.  
           


C.    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMPUTASI
Pasien yang memerlukan amputasi biasanya muda dengan trauma ekstermitas berat, atau manula dengan penyakit vaskuker perifer. Orang muda umumnya sehat, sembuh dengan cepat, dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi segera. Karena amputasi sering merupakan akibat dari cidera, pasien lebih banyak memerlukan dukungan, psikologis untuk menerima perubahancitra diri dan menerima strees akibat ospitalisasi, rehabilitas jangka panjang, dan penyesuaian gaya hidup. Pasien ini memerlukan waktu untuk mengatsai perasaan mereka mengenai kehilangan permanen tadi. Reaksi mereka susah di duga dan dapat berupa kesedihan terbuka dan kesedihan.
Sebaliknya, lansia dengan penyakit vaskuler perifer sering mengidap masalah kesehaytan lain. Termasuk diabetes mellitus dan arterius sklorosis amputasi terapeutik untuk kondisi yang sudah berlangsung lama. Dapat membebaskan pasien dari nyeri, dissabillitas, dan ketergantungan. Pasien ini biasanya sudah siap mengatasi perasaan nya mengatasi amputasi. Perencanaan untuk rehabilitasi psikologi dan fisiologi dimulai sebelum amputasi dilaksanakan. Namun, kelainan kardiovaskuler, respirasi, atau neurologic mungkin dapat membatasi kemajuan rehabilitasi.

D.    PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang untuk penggunaan prosthesis. Lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan, karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lain. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid, dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.
1.      Balutan rigid tertutup
Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri serta mencegah kontraktur. Segera setelah pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Pasang kaos kaki steril pada sisi steril,  dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastis yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata.
2.      Balutan lunak
Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (punting) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma punting dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi.
3.      Amputasi bertahap
Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Sepsis ditangani dengan antibiotic . dalam beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dan klien telah stabil, dilakukan amputasi definitif dengan penutupan kulit.
4.      Prosthesis
Protesis sementara  kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah, sehingga latihan segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prosthesis sementara adalah membiasakan klien menggunakan prosthesis sedini mungkin. Kadang prosthesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa penyulit. Pada amputasi karena penyakit pembuluh darah, prosthesis sementara diberikan setelah empat minggu.
            Prosthesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal. Pada ekstemitas bawah, tujuan prosthesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas, tujuan itu sulit dicapai bahkan dengan tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas sinyal  mioelektrik dari otot biseps dan triceps.

E.     TINGKAT/BATAS AMPUTASI
Batas amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit. Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat. Batas amputasi pada tumor maligna ditentukan oleh daerah bebas tumor dan resiko kekambuhan local. Sedangkan pada penyakit pembuluh darah ditentukan oleh vaskulrasisasi sisa ekstremitas dan daya sembuh luka sisa tungkai (puntung).
Mengutip pendapat smeltzer (2002), tempat amputasi ditentukan berdasarkan 2 faktor, yaitu peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional, misalnya sesuai kebutuhan prosthesis. Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai penyembuhan.
            Batas/tingkat amputasi ekstremitas bawah yang lazim dipakai,yang disebut batas amputasi.Sedang untuk ekstremitas atas tidak dipakai batas amputasi tertentu,tetapi dianjurkan sedistal mungkin.Menurut smeltzer (2002) ,amputasi ekstremitas atas  dilakukan pada atas siku (AS) dan bawah siku (BS).Sedangkan amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada atas lutut,disartikulasi lutut,bawah lutut dan syme
            Lima tingkatan amputasi yang sering digunakan pada ekstremitas bawah menurut Doengoes (2000) adalah telapak dan pergelangan kaki, bawah lutut,disartikulasi dan atas lutut,diastirkulasi lutut panggul dan hemipelviktomi dan  amputasi translumbar.Tipe amputasi ada dua yaitu,terbuka(provisional) yang memerlukan teknik aseptic ketat dan revisi lanjut,serta tertutup atau flap.

F.     KOMPLIKASI

            Perdarahan,infeksi,dan kerusakan kulit merupakan komplikasi amputasi.Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat  menjadi massif.Infeksi dapat terjadi pada semua pembedahan,dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan prosthesis.Menurut Pusdiknakes (1995),komplikasi yang dapat terjadi pada amputasi adalah infeksi,nyeri phantom (phantom limp-pain) ,neuroma,dan fleksi kontraktur.
            Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada amputasi adalah perdarahan,infeksi,nyeri phantom,neuroma,kerusakan kulit dan fleksi kontraktur.



G.    PEMERIKSAAN DIANOSTIK

            Pemeriksaan tergantung pada kondisi dasar perlunya amputasi yang digunakan untuk menentukan tingkat yang tepat untuk ampotasi:

1)      Poto rontgen : Mengidentifikasi afnormal litas tulang
2)      CT Scan :Mengidentifikasi lesineupalstik,osteumielitis,pembetukan hematoma.
3)      Angiugeraf dan pemeriksaan aliran darah:Mengepaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan putensial penyembuhan jaringan setelah amputasi
4)      Ultrasound Doppler,flowmetri Doppler:Dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran darah.
5)      Tekanan O2 transkutaneus:memberi peta area perfusi paling besar dan paling kecil dalam keterlibatan ekstermitas.
6)      Termografi:mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik pada 2 sisi,dari jaringan kutaneus ketengah tulang perbedaan yang rendah antara 2 pembacaan mungkin besar kesempatan untuk sembuh.
7)      Pletismogfari:mengukur tekanan darah sekmental bawah terhadap ekstermitas bawah mengevaluasi aliran darah arteria.
8)      Lajuendap darah:peninggian menginditasikan respon implemasi
9)      Kultur luka:mengidentifikasi adanya impeksi dan organisme penyebab.
10)  Biobsi:mengkonfirmasi diagnose masa menigna/maligna hitung darah lengkap/diferensial:peninggian dan “perpindahan ke kiri” diduga  proses infeksi.

H.    JENIS AMPUTASI

Jenis amputasi dibedakan menjadi 2 :
1.      Berdasarkan pelaksanaan amputasi
a.       Amputasi selektif atau terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapatkan penanganan yang baik serta terpantau secara terus menerus.Amputasi dilakukan sebagai salahsatu tindakan alternative terakhir
b.      Amputasi akibat trauma
 merupakan amputasiyang terjadi sebagai akibat trauma yang tidak direncanakan.Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien
c.       Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan atau kehilangan kulit yang luas.
2.      Berdasarkan amputasi yang dikenal
a.       Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
b.      Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm di bawah potongan otot dan tulang.


PEMBEBATAN
A.    Pengertian Pembebatan
Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahantertentu dan dengan tujuan tertentu. Pembebatan mempunyai peran penting dalammembantu mengurangi bengkak, kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantumengurangi ketegangan jaringan luka.
B.     Tujuan Pembebatan
     Tujuan
Tujuan pembalutan meliputi satu atau lebih hal-hal berikut :
1.   Menahan sesuatu seperti :
a.   Menahan penutup luka
b.   Menahan pita traksi kulit
c.   Menahan bidai
d.   Menahan bagian tubuh yang cedera dari gerakan dan geseran (sebagai    “splint”)
e.   Menahan rambut kepala di tempat

2.   Memberikan tekanan, seperti terhadap :
a.   kecenderungan timbulnya perdarahan atau hematom
b.   Adanya ruang mati (dead space)

3.   Melindungi bagian tubuh yang cedera
4.   Memberi “sport” terhadap bagian tubuh yang cedera

     Manfaat bebat :
1.   Menopang suatu luka, misal tulang yang patah.
2.   ".Mengimobilisasi luka, misal bahu yang keseleo.
3.   Memberikan tekanan, misal pada ekstremitas in%erior dapat meningkatkan lajudarah vena
4.   Menutup luka, misal pada operasi abdomen yang luas.
5.   Menopang bidai (dibungkuskan pada bidai)
6.   Memberi kehangatan, missal bandage flanel pada sendi rematik.

C.     Prinsip prinsip pembalutan
     Prinsip-prinsip pembalutan
1.   pembalutan harus rapat rapi jangan terialu erat karena dapat mengganggu sirkulasi.
2.   jangan terialu kendor sehingga mudah bergeser atau lepas
3.   ujung-ujung jari dibiarkan terbuka untuk mengetahui adanya gangguan sirkulasi.
4.   Bila ada keluhan balutan terlalu erat hendaknya sedikit dilonggarkan tapi tetap rapat, kemudian evaluasi keadaan sirkulasi.

     Syarat-syarat pembalutan/pembebatan
1.   Mengetahui tujuan yang akan dikerjakan mengetahui seberapa batas fungsi bagian tubuh tersebut dikehendaki dengan balutan.
2.   Tersedia bahan-bahan memadai sesuai dengan tujuan pembalutan, bentuk besarnya bagian tubuh yang akan dibalut

D.    Tipe tipe pembebat
     Tipe-tipe Pembebat :
1.   Strectable roller bandage
a.   Terbuat dari kain, kassa, flannel, atau bahan elastik. Kebanyakan terbuat dari kassa karena mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah longgar.
b.   Jenis-jenisnya :
1)   Lebar 2,5 cm : digunakan untuk jari tangan, kaki
2)   Lebar 5 cm : digunakan untuk leher dan pergelangan tangan
3)   Lebar 7,5 cm: digunakan intuk kepala, lengan atas, fibula, kaki
4)   Lebar 10 cm : digunakan untuk daerah femur dan pinggul
5)   Lebar 10-15 cm : digunakan untuk dada, abdomen, dan punggung,.
6)   Triangle cloth
a)   berbentuk segitiga dan terbuat dari kain masing-masing 50-100 cm
b)   digunakan untung bagian tubuh yang berbentuk lingkaran atau untuk menyokong bagian tubuh yang luka
c)   biasa dipakai pada luka kepala, bahu, dada, tangan, kaki, lengan atas.
2. Putaran Dasar Dalam Pembebatan
a.   Putaran Spiral
     Digunakan untuk membebat bagian tubuh yang mempunyai lingkaran sama missal lengan atas,kaki
     Putaran dibuat dengan sudut kecil 30 derajat dan setiap putaran meutup 2/3 lebar bandage dari putaran sebelumnya
b.   putaran sirkuler
     Biasanya digunakan untuk mengakhiri pembebatan, juga untuk menutup bagian tubuh yang berbentuk silinder/tabung misalnya pada bagian proximal jari ke lima. Biasanya tidak digunakan untuk menutup daerah luka karena menimbulkan ketidaknyamanan
     Bebat ditutupkan pada bagian tubuh setiap putaran akan menutup dengan tepat bagian putaran sebelumnya.
c.   putaran spiral terbalik
     Digunakan untuk membebat bagian tubuh dengan bentuk silinder yang berdiameter tidak sama, misalnya pada tungkai bawah kaki yang berotot.
     Bebat diarahkan keatas dengan sudut 30 derajat, kemudian letakkan ibu jari dari tangan yang bebas disudut bagian atas dari bebat. Bebat diputarkan membalik sepanjang 14 cm, dan tangan yang membebat  diposisikan pronasi sehingga bebat menekuk diatas bebat tesebut dan lanjutkan putaran seperti sebelumnya.
d.   Putaran berulang
     Digunakan untuk menutup bagian bawah dari tubuh misalnya tangan, jari, atau pada bagian tubuh yang diamputasi
     Bebat diputarkan secara sirkuler dibagian proximal . kemudian ditekuk membalik dan dibawa kearah sentral menutup semua bagian distal. Kemudian bagian inferior, dengan dipegang tangan yang lain dibawa kembali kearah kiri dan bagian sentral bebat. Pola ini dilanjutkan bergantian kearah kanan dan kiri saling tumpang tindih tetapi pada putaran awal
e.   Putaran angka delapan
     Biasanya digunakan untuk membebat siku,lutut,tumit. Bebat diakhiri dengan dua putaran sirkuler menutupi bagian sentral sendi. Kemudian bebat dibawa keatas persendian, membuat putaran seperti angka delapan. Setiap putaran dilakukan keatas dan ke bawah dari persendian dengan menutup putaran sebelumnya dengan 2/3 lebar bebat. Lalu diakhiri dengan dua putaran sirkuler diatas persendian.

E.     Macam-macam bahan pembalutan
Macam-macam bahan pembalutan
1.   Pembalut pita
Pembalut bentuk pita ada bermacam-macam :
     Pembalut kasa gulung
Biasanya untuk pembalut luka sederhana atau pembalut gips. Pembalut kasa dipakai bila diperlukan pembalut yang kaku dan kuat misalnya untuk penutup kepala, bidai, pembalut gips (aat ini jarang dipakai). Disamping itu bisa juga dibuat dari kain katun atau kain flannel, dan seringkali dipakai untuk tujuan PPGD.
     Pembalut elastis
Tersedia ditoko dengan ukuran 4 dan 6 inch. Bisa dipakai untuk berbagai tujuan : penahan, penekanan, pelindung dan penyangga, sehingga pemakaiannya sangat luas
     Pembalut tricot
Terdiri dari rain seperti kain kassa sehingga agak elastic bagian tengahnya diisi kapas sehingga berbentuk bulat panjang. Tersedia ditoko dengan berbagai ukuran : 2,4,6 dan 10 inch. Pemakaiannya sebagai bebat, tekan, penahan, penyangga dan pelindung.
     Lain-lain
“stocking” elastic , terbuat dari bahan elastic dengan tekanan tertentu. Yang lain misalnya baju elastic “butterfly”, terbuat dari plester kecil untuk merapatkan luka-luka kecil tanpa di jahit.

F.      Teknik Pembebatan
Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau trauma merupakan salah satu kondisi yang sering terjadi. Dan pertolongan terhadap luka yang paling sering dapat dilakukan pertama adalah dengan melakukan pembalutan.  Prinsip membalut ialah untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dari tempatnya. Sehingga tujuan pembalutan adalah:
1.    Mempertahankan bidai, kasa penutup dan lain-lain
2.    Imobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan menjaga agar bagian tubuh yang cedera tidak bergerak
3.    Sebagai penekan untuk menghentikan perdarahan dan menahan pembengkakan
4.    Mempertahankan keadaan asepsis  Secara umum untuk melakukan pembalutan diperlukan prosedur berikut :
1.      Menanyakan penyebab luka atau bagaimana luka tersebut terjadi 
2.      Memperhatikan tempat atau letak yang akan dibalut dengan berdasar pada permasalahan berikut :
a.       Bagian tubuh yang mana?
b.      Apakah ada luka terbuka atau tidak?
c.       Bagaimana luas luka?
d.      Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu? Jika ada luka terbuka, maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Demikian pula jika terjadi dislokasi, maka perlu dilakukan tindakan reposisi terlebih dahulu
3.      Memperhatikan bentuk-bentuk bagian tubuh yang akan dibalut, yaitu: 
a.       Bentuk bulat seperti kepala
b.      Bentuk silinder seperti leher, lengan atas, jari tangan dan tubuh
c.       Bentuk kerucut seperti lengan bawah dan tungkai atas
d.      Bentuk persendian yang tidak teratur
4.      Memilih jenis pembalut yang akan dipergunakan (bisa salah satu atau kombinasi)
5.      Menentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
a.       Membatasi pergeseran / gerak bagian tubuh yang perlu difiksasi
b.      Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain
c.       Mengusahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan pokok korban
d.      Tidak mengganggu peredaran darah (misalnya pada balutan berlapis, maka lapis yang paling bawah diletakkan di sebelah distal)
e.       Balutan diusahakan tidak mudah lepas atau kendor Bentuk pembalut yang dapat digunakan terdapat beberapa bentuk :
1.      Plester biasanya dipergunakan untuk menutup luka yang telah diberi antiseptik. Juga dapat dipakai merekatkan penutup luka dan fiksasi pada sendi yang terkilir.
2.       Pembalut pita/gulung dapat dibuat dari kain katun, kain kasa, flannel ataupun bahan elastik. Di pasaran, yang banyak dijual sebagai pembalut pita adalah yang terbuat dari kain kasa.  Ada beberapa ukuran pembalut pita/gulung: - Pembalut pita ukuran 2,5 cm untuk jari-jari - Pembalut pita ukuran 5 cm untuk leher dan pergelangan tangan - Pembalut pita ukuran 7,5 cm untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki. - Pembalut pita ukuran 10 cm untuk paha dan sendi panggul - Pembalut pita ukuran >10 - 15 cm untuk dada, punggung dan perut
3.      Mitela merupakan kain segitiga sama kaki dengan panjang kaki 90 cm, terbuat dari kain mori. Pada penggunaannya seringkali dilipat-lipat sehingga menyerupai dasi. Dalam hal ini mitela dapat diganti dengan pembalut pita.
4.      Funda adalah kain segitiga samakaki yagn sisi kiri dan kanannya dibelah 6 – 10 cm tingginya dari alas, sepanjang kurang lebih 1/3 dari panjang alas dan sudut puncaknya dilipat ke dalam. Ada beberapa kegunaan dari pembalut funda ini seperti funda maksila, funda nasi, funda frontis, funda vertisis, funda oksipitis dan funda kalsis.
5.      Platenga merupakan pembalut segitiga yang dibelah dari puncak sampai setengah tingginya. Pembalut ini biasa digunakan pada pembalutan payudara/mammae untuk mengurangi nyeri mastitis atau untuk membalut perut atau panggul.   
A.1. Cara membalut dengan pita (gulung)  Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang berbentuk segitiga. Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai. 
b. Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal untuk menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut, kemudian dari distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
c. Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang lain secukupnya.   
Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara lain :
1.      Balutan sirkuler (spiral bandage) Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk silinder. Caranya: Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran, lalu pada saat membalut tepi atas balutan harus menutupi tepi bawah balutan sebelumnya, demikian seterusnya. 
2.      Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage) Digunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut. Caranya: Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka pembalut diarahkan ke atas dengan menyudut 45°, lalu di tengah pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah dengan sudut 45° juga, demikian seterusnya. 
3.      Balutan angka delapan (figure of eight) Teknik balutan yang dapat digunakan pada hampir semua bagian tubuh, terutama pada daerah persendian. Pada kasus terkilir, ligamentum yang sering robek ialah yang terletak di lateral, karena itu kaki diletakkan dalam posisi eversi/rotasi eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan kedua ujung ligamentum tersebut baru kemudian dibalut. Caranya: - Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali, lalu diteruskan ke punggung kaki (dalam hal membalut pergelangan kaki), melingkari telapak kaki, naik lagi ke punggung dan pergelangan kaki, demikian seterusnya sehingga membentuk angka delapan. - Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini, dipergunakan plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut dilekatkan dari sisi medial pergelangan melingkari telapak kaki ke sisi lateral, lalu dari sisi medial punggung kaki melingkari rtumit ke sisi lateral, demikian seterusnya dengan diselang-seling. Plester harus cukup panjang hingga mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus diganti setiap 4-6 hari.
4.      Balutan rekurens (recurrent bandage) Balutan ini dapat dilakukan pada kepala atau ujung jari, misalnya pada luka di puncak kepala.  Caranya: Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3 kali. Setelah pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang oleh seorang pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan disini dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke dahi. Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi dan di oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat dengan plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital. 

A.2. Cara membalut dengan mitella  Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat banyak gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan pertama pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu macam. 

 Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk bulat. Dapat pula untuk menggantung lengan yang cedera. Selain itu dapat dilipat sejajar dg alasnya, menjadi pembalut bentuk dasi (cravat), dalam hal ini mitella dapat diganti dengan pembalut pita.  Secara umum cara membalut dengan pita dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a.       Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali. 
b.      Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi itu diikatkan.
c.       Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan pada ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat dan kepentingannya.  
A.2.1. Membalut tubuh
1.      Membalut dada Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu penderita, sedang sisi alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut alasnya ditarik ke punggung kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi dari atas bahu ditarik ke punggung dan disimpulkan dengan salah satu sudut alas.  
2.      Membalut punggung Pemasangan pembalut dibalik, merujuk pada cara membalut dada diatas.   
A.2.2. Membalut anggota tubuh dan persendian
1.      Membalut sendi siku atau sendi lutut Sendi siku (atau sendi lutut) dibalut pada posisi dengan nyeri yang minimum. Sebuah kain segitiga berbentuk dasi selebar 20 cm, bagian tengahnya diletakkan pada lekuk siku (atau lekuk lutut) dan ujung-ujungnya dililitkan mengelilingi sendi – ujung atas mengelilingi lengan atas (atau tungkai atas) dari proksimal ke lekuk sendi, sedang ujung bawah mengelilingi lengan bawah (atau tungkai bawah) dari distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug itu disimpukan di sisi lateral sendi.   
2.      Menggendong lengan 
a.       Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan keadaan luka dan postur pasien
b.      Letakkan kain segitiga di depan dada dan di bawah lipatan ketiak, dengan puncak alas kain mengarah ke sisi lengan yang cedera dan salah satu sudut alas kain ujungnya mencapai belakang leher dari sisi yang berlawanan dengan lengan yang cedera
c.       Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar 
d.      Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari tangan lebih tinggi daripada siku
e.       Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang leher dari arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan bawah seperti menggendong
f.       Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi tidak boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan kulit ke tulang belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas pleksus brakialis
g.       Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan dengan peniti.

3.      Membalut pergelangan tangan Sebuah kain segitiga berbentuk dasi bagian tengahnya diletakkan di telapak tangan; ujung-ujungnya disilang di punggung tangan, lalu mengitari pergelangan tangan dan disimpulkan disitu.  
4.      Membalut tumit dan dan pergelangan kaki Kain segitiga dilipat-lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu letakkan alas (yang telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua ujungnya dililitkan di pergelangan kaki membentuk angka delapan; setelah diulang secukupnya, lalu disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki. 


DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
       Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
       Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Buku AjarAsuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta:  EGC

  2011. Buku SakuAsuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta:  EGC

Suratun , dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.  Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
       Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar