1. Konsep Keseimbangan Suhu Tubuh
a.
Pengertian Suhu Tubuh
Suhu yang
dimaksud adalah panas atau dingin suatu substansi. Suhu tubuh
adalah perbedaan antara jumlah panas yang
diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar.
Suhu tubuh mencerminkan kesimbangan antara produksi dan pengeluaran panas dari
tubuh, yang diukur dalam unit panas yang disebut derajat.
b.
Proses pengaturan suhu tubuh
Kulit –>
Reseptor ferifer –> hipotalamus (posterior dan anterior) –> Preoptika
hypotalamus –> Nervus eferent –> kehilangan/pembentukan panas.
sitem yang
mempengaruhi suhu tubuh memiliki 3 bagian penting :
1)
Sensor
dibagian permukaan dan inti tubuh
2)
Integrator
di hipotalamus,
3)
|
|
Selama terjadi keseimbangan antara
produksi dan pengeluaran panas, suhu tubuh akan tetap konstan.
Mekanisme
kehilangan panas adalah sebagai berikut:
1) Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh
dalam bentuk gelombang panas inframerah.
2) Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan
langsung kulit dengan benda-benda yang ada di sekitar tubuh.
3) Evaporasi
Evaporasi (penguapan) dapat menfasilitasi
perpindahan panas tubuh. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung sekitar
450-600 ml/hari.
4) Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas melalui aliran
udara/air.
c. Faktor
yang mempengaruhi keseimbangan suhu tubuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh antara lain :
1. Usia Bayi, sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan
dan harus dilindungi dari perubahan suhu yang sangat ekstrem. Suhu tubuh anak
akan terus bervariasi dibandingkan suhu tubuh orang dewasa hingga menginjak
pubertas atau masa remaja. Sebagian lansia, terutama mereka yang diatas 75
tahun, beresiko mengalami hipotermia (suhu tubuh dibawah 36) karena berbagai
alasan, seoerti diet makanan yang tidak adekuat, kehilangan lemak subkutan,
kurangnya aktivitas, dan penurunan efesiensi pengaturan suhu (termoregulator).
Lansia juga sangat sensitive terhadap suhu lingkungan yang ekstrem karena
penurunan control termoregulator.
2. Variasi
diurnal (irama sirkadian). Suhu tubuh normalnya akan berubah sepanjang hari,
dengan perbedaan 1C antara pagi dan sore hari. Titik suhu tubuh tertinggi
biasanya terjadi antara pukul 20.00 dan 24.00, dan titik tubuh terendah terjadi
saat tidur, yaitu pada pukul 04.00 dan 06.00.
3. Olahraga.
Kerja berat dan olahraga yang keras dapat meningkatkan suhu tubuh hingga
38,3-40 ºC
apabila diukur melalui rectal.
4. Hormon.
Wanita biasanya mengalami fluktuasi hormone lebih sering daripada pria. Pada
wanita, sekresi progesterone pada saat ovulasi akan meningkatkan suhu tubuh
sekitar 0,3-0,6 ºC
diatas suhu basal (LADEWIG, LONDON, & OLDS,1998)
5. Stres.
Stimulasi pada system saraf simpatis dapat meningkatkan produksi epinefrin dan
norepinefrin yang akan meningkatkan aktivitas metabolisme basal dan produksi
panas lingkungan.
6. Lingkungan. Suhu tubuh yang ekstrem dapat
mempengaruhi system pengaturan suhu tubuh seseorang. Jika suhu tubuh dikaji
dalam ruangan yang hangat dan tidak dapat di modifikasi melalui proses
konveksi, konduksi, atau radiasi, suhu tubuh akan meningkat. Selain itu apabila
klien baru saja berada di luar ruangan yang suhunya sangat dingin tanpa
menggunakan pakaian yang sesuai, suhu tubuhnya akan rendah.
d. Pengkajian
Keseimbangan Suhu Tubuh
Unit
perawatan intensif mengukur suhu inti melalui arteri pulmonal,esofagus, dan
kandung kemih.tindakan ini membutuhan penempatan alal kedalam rongga tubuh atau
organ dan menyajikan hasil pembacaan kontinu pada monitor elektronik.
Pengukuran
suhu intermitem dapat di lakuan di mulut,rektum,membram tinpani, arteri
temporalis, dan aksila. Pengukuran ini juga dapat dilakukan dengan mengunakan
lembaran termometer ke kulit. Suhu oral, rectal. Aksila, dan kulit bergantung
pada sirkulasi daerah keloksih pengukuran. Panas pada daerah akan di smapai kan
ke termometer. Suhu timpani bergantung pada rediasi panas tubuh ke sensor
inframerah. Karena memiliki suplai daerah arteri yang sama dengan hipotalamus,
maka suhu timpani di katagorikan sebagi suhu inti. Pengukuran arteri temporalis
mendeteksi suhu aliran darah.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, tiap
lokasi harus di ukur dengan benar. Pengukuran suhu akan berperiasi sesuai
lokasi pengukuran, tetepi biasanya berkisar antara 36’C dan 38’C. suhu rectal
lebih tinggi 0.5’C dari suhu oral, sedangkan suhu aksila lebih rendah 0.5’C
dari suhu oral. Tiap lokasih pengukuran memiliki kelebihan dan kekurangan,
pilihlan lokasih yang aman bagi klien dan gunakan lokasi yang sama saat
pengukuran ulang.
e.
Gangguan Kesehatan Akibat Perubahan Suhu
Tubuh
- Kelelahan akibat
panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang panas.
- Hipertermia
Hipertermia adalah meningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. - Demam
Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tubuh tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas. Demam tidak berbahaya apabila suhu tubuh masih berada di bawah 39ºC. - Heat Stroke
Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Heat stroke memliki angka mortalitas yang tinggi. - Hipotermia
Pengeluran panas akibat paparan yang terus-menerus terhadap dingin akan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
Berikut adalah klasifikasi hipotermia melalui pengukuran suhu tubuh:
a)
Ringan: 33-36 ºC
b)
Sedang: 30-33 ºC
c)
Berat: 27-30 ºC
d)
Sangat berat: <30 ºC
Sebagian
besar tubuh manusia terdiri dari cairan,dan cairan inilah yang berperan dalam
mengatur suhu tubuh manusia.Seperti yang terlihat saat berkeringat,yaitu tubuh
melepaskan keringat saat panas untuk mengurangi panas berlebih dalam tubuh
sehingga mengurangi suhu tubuh yang tinggi tersebut.Semua pengaturan suhu tubuh
seperti ini dilakukan dan bergantung pada asupan air yang ada pada tubuh kita.
f.
Metode pengukuran suhu tubuh
Ada beberapa metode cara yang bisa
dilakukan untuk mengukur suhu tubuh anak, yaitu:
- Oral
Termometer dimasukkan ke dalam mulut anak. cara ini membutuhkan kerjasama dengan anak yang sulit dilakukan sehingga jarang sekali digunakan. Hasil pengukuran sering kali terganggu karena dipengaruhi oleh suhu makanan/minuman yang ada dalam mulut. suhu tubuh normal dengan pengukuran oral, menurut metode pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 35,5 - 37,5 C.
- Membran timpani
Suhu tubuh anak diukur dengan menggunakan termometer inframerah yang dimasukkan ke dalam lubang telinga. membran timpani merupakan tempat yang ideal untuk pengukuran suhu inti karena terdapat arteri yang berhubungan dengan pusat termoregulasi (kemampuan tubuh mempertahankan suhu dalam batas sehat tertentu). akan tetapi ada beberapa kekurangan , yaitu perbedaan model termometer inframerah bisa menyebabkan hasil yang bervariasi, lekukan lubang telinga juga memberikan kesulitan untuk mencapai membran timpani, terutama pada bayi baru lahir. Suhu tubuh normal dengan pengukuran membran timpani menurut metode pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 35,8 - 38 ºC.
- Rektal
Termometer dimasukkan ke dalam rektum anak. cara ini dianggap paling mendekati suhu sentral, namun ketika suhu sentral meningkat atau menurun secara tiba-tiba , maka temperatur rektal berubah lebih lama dan dapat berbeda dari temperatur sentral. Hasil pemeriksaan melalui rektal tidak direkomendasikan pada pasien bati baru lahir ataupun pasien diare. suhu tubuh normal dengan pengukuran rektal menurut metode pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 36,6 - 38 ºC.
- Aksila
Cara ini adalah dengan termometer diselipkan di ketiak anak. cara ini mudah dilakukan dan nyaman bagi anak, hanya saja memiliki sensitivitas yang bervariasi. pemeriksaan dengan cara aksila dipengaruhi oleh jenis termometer, lama pengukuran dan suhu lingkungan. biasanya suhu aksila lebih rendah 0,5 derajat selcius daripada suhu rektal ataupun membran timpani. suhu tubuh normal dengan pengukuran aksila menurut metode pengukuran canadian paediatric society (2004) adalah 34,7 - 37,3 C.
5.
Dahi
Thermometer yang digunakan
kan pada bayi merupakan thermometer arteri temporalis yang memanfaatkan scanner
inframerah untuk mengukur suhu tubuh melalui arteri temporalis pada dahi.
g.
Prosedur Keperawatan Dalam Memenuhi
Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada
bagian tubuh yang memerlukan
1. Kompres
Hangat
Kompres hangat adalah suatu
metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat menimbulkan
beberapa efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan merelaksasi
otot-otot yang tegang (Gabriel F.J, 2000)
a) Tujuan:
·
memperlancar
sirkulasi darah
·
mengurangi
rasa sakit
·
memberi
rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
·
merangsang
peristatik usus
b) Indikasi
:
·
klien
yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
·
klien
dengan perut kembung
·
klien
yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian sepasme otot
·
adanya
abses, hematoma
c) Kontraindikasi :
·
Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan
meningkatkanperdarahan dan pembengkakan
·
Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan
meningkatkanperdarahan
·
Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas
kapiler dan edema.
·
Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat
metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi, panas dapat
,mempercepat metastase (tumor sekunder)
·
Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh.
Panas dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit lebih jauh.
d)
Cara
pemberian kompres hangat basah
1) Persiapan alat :
·
Kom
berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
·
Bak
seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
·
Kasa
perban atau kain segitiga
·
Pengalas
·
Sarung
tangan bersih di tempatnya
·
Bengkok
dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
·
waslap
4 buah/tergantung kebutuhan
·
pinset
anatomi 2 buah
·
korentang
2) Prosedur
·
Atur
posisi klien yang nyaman
·
Dekatkan
alat-alat kedekat klien
·
Perhatikan
privacy klien
·
Cuci
tangan
·
Pasang
pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
·
Kenakan
sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian, buang bekas
balutan ke dalam bengkok kosong
·
Ambil
beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke dalam kom
yang berisi cairan hangat.
·
Kemudian
ambil kasa tersebut, lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres
·
Bila
klien menoleransi kompres hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi dengan kasa
kering. selanjutnya dibalut dengan kasa perban atau kain segitiga
·
Lakukan
prasat ini selama 15-30 menit atau sesuai program dengan anti balutan kompres
tiap 5 menit
·
Lepaskan
sarung tangan
·
Atur
kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
·
Bereskan
semua alat-alat untuk disimpan kembali
·
Cuci
tangan
·
Dokumentasikan
tindakan ini beserta responnya
3) Hal yang perlu diperhatikan:
1. Kain
kasa harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di pertahankan tetap hangat
2. Cairan
jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit terbakar
3. Kain
kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
4. Untuk
kompres hangat pada luka terbuka, peralatan harus steril. Pada luka tertutup
seperti memar atau bengkak, peralatan tidak perlu steril karena yang penting bersih.
h. Kompres
Dingin
Kompres
dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis. Menempatkan suatu
zat dengan suhu rendah bertujuan untuk melakukan terapi penyembuhan
a) Tujuan
·
Menurunkan suhu tubuh
·
Mencegah peradangan meluas
·
Mengurangi kongesti
·
Mengurangi perdarahan setempat
·
Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
b) Indikasi
·
Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
·
Klien dengan batuk dan muntah darah
·
Pascatonsilektomi
·
Radang, memar
c)
Kontraindikasi :
·
Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena
mengurangi aliran ke luka terbuka
·
Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi
jaringan lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada klien dengan
penyakit raynaud, dingin akan meningkatkan spasme arteri
·
Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa
klien memiliki alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan dengan respon
inflamasi (mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme
otot), yang dapat membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.
d)
Cara pemberian kompres
Kompres dingin basah dengan air
biasa/air es.
1)
Persiapan
alat
·
Kom
kecil berisi air biasa/air es
·
Perlak
pengalas
·
Beberapa
buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu
·
Sampiran
bila perlu
·
Selimut
bila perlu
2) Prosedur
:
·
Atur
posisi klien dengan senyaman mungkin
·
Dekatkan
alat-alat ke klien
·
Pasang
sampiran bila perlu
·
Cuci
tngan
·
Pasang
pengalas pada area yang akan dikompres
·
Masukkan
waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas sampai lembab
·
letakkan
waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
·
ganti
waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah terendam dalam
air biasa atau air es.
·
Diulang-ulang
sampai suhu tubuh turun
·
Rapikan
klien dan bereskan alat-alat bila prasat ini sudah selesai
·
Cuci
tangan
·
Dokumentasikan
3) Hal yang harus diperhatikan:
·
Bila
suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
·
Pada
pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur selimut di
atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah
2. Konsep
Pencegahan Infeksi
a.
Pengertian Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah
suatu upaya yang dilakukan untuk menghindari risiko infeksi yang ditularkan
oleh klien, petugas kesehatan, atau pengunjung.
b. Tujuan
Tujuan pencegahan infeksi adalah untuk membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada tangan dan tubuh yang mungkin dapat berpindah ke klien, pengunjung,
peralatan, dan tenaga kesehatan lain. Selain itu, juga untuk mencegah
penyebaran kuman penyakit.
c. Rantai
Infeksi
Rantai infeksi adalah rangkaian proses masuknya
kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang atau penyakit.
Proses tersebut melibatkan beberapa unsur, diantarannya:
1.
Reservoir
Reservoir adalah
suatu tempat di mana patogen dapat bertahan hjidup, tetapi dapat atau tidak
dapat berkembang biak. Sebagai contoh pseudomonas
dapat bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoir nebulizer yang
digunakan dalam perawata klien dengan masalah pernapasan. Reservoir yang paling
dikenal adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup di kulit dan berada
dalam rongga, cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.
Karier adalah
individu yang menunjukkan tidak adanya gejala penyakit, tetapi memiliki
organism patogen pada atau dalam tubuhnya yang yang dapat ditransfer ke
individu lain.
2.
Jalan masuk
Jalan masuk
merupakan jalan masuknya mikroorganisme ke tempat penampungan dari berbagai
kuman seperti saluran pernapasan, pencernaan, kulit, dan lain-lain. Organisme
masuk ke tubuh melalui jalur yang sama saat merek keluar.
3.
Inang (host)
Inang merupakan
tempat berkembangnya suatu mikroorganisme yang dapat didukung oleh ketahanan
kuman.
4.
Jalan keluar
Jalan keluar
merupakan tempat keluarnya mikroorganisme dari reservoir seperti sistem
pernapasan, sistem pencernaan, alat kelamin, dan lain-lain. Setelah
mikroorganisme menemukan tempat untuk tunbuh dan berkembang biak, mereka harus
menemukan jalur keluar jika mereka ingin masuk ke tubuh pejamu lain dan
menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat berupa darah, kulit, ,membran mukosa,
traktus respiratorius, traktus gastrointestinal, dan transplasenta (ibu ke
janin).
5.
Jalan penyebaran
Jalan penyebaran
merupakan jalur yang dapat menyebarkan berbagai kuman mikroorganisme ke
berbagai tempat, seperti air, makanan, udara, dan lain-lain.
d. Pengertian
infeksi nosokomial
Infeksi nosokomial adalah adalah infeksi yang
terjadi di rumah sarkit berasal dari fasilitas rumah sakit atau tenaga
kesehatan atau pasien lain. Infeksi ini dapat terjadi saat pasien dirawat di
rumah sakit atau setelah pasien pulang.
Sumber infeksi nosokomial
1.
Klien
Klien dapat
menyebarkan kuman penyakit ke klien lain, tenaga kesehatan, petugas rumah
sakit, pengunjung, dan ke benda atau alat-alat di rumah sakit.
2.
Petugas atau perawat
Perawat dan
petugas kesehatan dapat terkontaminasi kuman penyakit dari satu pasien dan
menyebarkannya ke pasien lain, tenaga kesehatan lain, pengunjung, dan ke
alat-alat rumah sakit.
3.
Pengunjung
Pengunjung dapat
terkontaminasi kuman penyakit dari lingkungan luar atau dapat pula bertindak
sebagai pembawa (karier). Pengunjung dapat menyebarkan kuman ke klien dan
lingkungan rumah sakit.
4.
Sumber lain
Sumber lain
dapat berupa lingkungan rumah sakit yang kurang bersih, peralatan rumah sakit
yang tidak bersih atau steril, peralatan/barang milik klien yang dibawa dari
rumah, dan lain-lain. Kuman penyakit dapat menyebar ke klien, pengunjung, dan
petugas kesehatan. Faktor pendukung terjadinya infeksi nosokomial antara lain
terapi medis, kurangnya kebiasaan cuci tangan, dan rendahnya daya tahan tubuh.
e. Prosedur
pencegahan infeksi
1. Cuci tangan
Langkah cuci tangan adalah rata tata cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk membersihkan jari – jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta bakteri jahat penyebab penyakit.
Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang benar:
Langkah cuci tangan adalah rata tata cara mencuci tangan menggunakan sabun untuk membersihkan jari – jari, telapak dan punggung tangan dari semua kotoran, kuman serta bakteri jahat penyebab penyakit.
Berikut adalah 7 langkah cuci tangan yang benar:
a)
Basahi
kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir,
ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
b) Usap dan gosok juga kedua punggung tangan
secara bergantian
c) Jangan lupa jari-jari tangan, gosok
sela-sela jari hingga bersih
d) Bersihkan ujung jari secara
bergantian dengan mengatupkan
e) Gosok dan putar kedua ibu jari
secara bergantian
f) Letakkan ujung jari ke telapak
tangan kemudian gosok perlahan
g) Bersihkan kedua pergelangan tangan
secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas
seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai
handuk atau tisu.
Penggunaan
sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang maupun cair sangat disarankan
untuk kebersihan tangan yang maksimal. Pentingnya mencuci tangan secara baik
dan benar memakai sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta
mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke tubuh anda.
2.
Penggunaa Alat Pelindung Diri (APD)
Alat pelindung
diri harus selalu tersedia untuk individu yang melakukan pelayanan klien.
a)
Gaun
Alasan utama
memakai gaun adalah untuk melindingi pengotoran pakaian selama kontak dengan
pakaian. Gaun menutup individu pelayanan kesehatan dan pengunjung dari kontak
dengan materi darah yang terinfeksi atau cairan tubuh.
b)
Pelindung pernapasan
Gunakan
pelindung seluruh wajah (dengan penutup mata, hidung, dan mulut) untuk
mengantisipasi percikan atau semua darah atau cairan tubuh ke wajah. Selain
itu, gunakan masker juga saat bekerja dengan klien yang ditempatkan pada
pencegahan droplet atau darah. Jika klien berada dalam perlindungan pencegahan
udara untuk TB, gunakan masker tipe respirator yang disetujui OSHA.
c)
Pelindung mata
Gunakan baik
kacamata khusus atau google ketika melakukan prosedur yang menyebabkan percikan
atau semburan. Kacamata harus disesuaikan dengan wajah sehingga cairan tidak
dapat masuk diantara wajah dan kacamata.
d)
Sarung tangan
Sarung tangan
membantu untuk mencegah penularan patogen dengan kontak langsung dan tidak
langsung.
Ketika diperlukan
alat perlindungan diri lengkat, pertama-tama lakukan cuci tangan, kemudian
pakai gaun, gunakan masker dan kacamata (selama diperlukan), dan diakhiri
dengan memakai sarung tangan.
3.
Pemasangan & Pelepasan Sarung Tangan
Bersih dan Sarung Tangan Steril
a)
Sarung Tangan
Bersih
Cara pemasangan dan pelepasan bersih tidak memerlukan prosedur khusus.
Pemasangannya dilakukan seperti memasang sarung tangan pada umumnya, begitu
juga saat pelepasan sarung tangan bersih.
b)
Sarung tangan
steril
1)
Pemasangan
1. Lepaskan jam tangan, cincin dan
lengan pakaian panjang di tarik ke atas.
2. Inspeksi kuku dan permukaan kulit
apakah ada luka
3. Perawat mencuci tangan
4. Buka pembungkus bagian luar dari
kemasan sarung tangan dengan memisahkan sisi - sisinya
5. Jaga agar sarung tangan tetap di atas
permukaan bagian dalam pembungkus
6. Identifikasi sarung tangan kiri dan
kanan, gunakan sarung tangan pada tangan yang dominan terlebih dahulu
7. Dengan ibu jari dan telunjuk serta
jari tangan yang non dominan pegang tepi mancet sarung tangan untuk menggunakan
sarung tangan dominan
8. Dengan tangan yang dominan dan
bersarung tangan selipkan jari - jari ke dalam mancet sarung tangan kedua
9. Kenakan sarung tangan kedua pada
tangan yang non dominan
10. Jangan biarkan jari -jari tangan
yang sudah bersarung tangan menyentuh setiap bagian atau benda yang terbuka
11. Setelah sarung tangan kedua
digunakan mancet biasanya akan jatuh ke tangan setelah pemakaian sarung tangan
12. Setelah kedua tangan bersarung
tangan tautkan kedua tangan ibu jari adduksi ke belakang
13. Pastikan setelah pemakaian sarung
tangan steril hanya memegang alat - alat steril.
2) Cara
melepaskan sarung tangan steril
1. Pegang bagian luar dari satu mancet
dengan tangan bersarung tangan, hindari menyentuh pergelangan tangan
2. Lepaskan sarung tangan dengan
dibalik bagian luar kedalam, buang pada bengkok
3. Dengan ibu jari atau telunjuk yang
tidak memakai sarung tangan, ambil bagian dalam sarung tangan lepaskan sarung
tangan kedua dengan bagian dalam keluar, buang pada bengkok.
Daftar Pustaka
Aimul,
Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier,
Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental keperawatan, Ed. 7, Vol 1. Jakarta: EGC.
Mubarak,
Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Nasution, Septian. 2012. Prosedur Mengenakan dan
Melepas Sarung Tangan [online]. Tersedia: http://septinas.blogspot.com/2012/06/prosedur-mengenakan-melepas-sarung.html [9 Juni 2015].
Potter,
Patricia A. dan Anne G. Perry. 2010. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Online Casino | Kasino - Adopting Tips
BalasHapusKasino offers a range of slots, kadangpintar table games and live dealer games, with slots available 바카라 for a wide range of games. There 카지노사이트 are a number of options